Thursday, May 24, 2012

Budidaya Semangka ( Lanjutan )

Semangka Terserang Hama


7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
Hama tanaman semangka dapat digolongkan dalam 2 kelompok: hama yang tahan dan tidak tahan terhadap peptisida. Hama yang tidak tahan terhadap pestisida (Kutu daun, bentuk seperti kutu), umumnya berwarna hijau pupus, hidup bergelombol, tidak bersayap, dan mudah berkembang biak. Gejala yang terjadi daun berberecak kuning, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi dengan obatobatan. Hama kedua adalah hama yang tahan terhadap pestisida seperti: tikus, binatang piaraan (kucing, anjing dan ayam). Pengendallian: menjaga pematang selalu bersih, mendirikan pagar yang mengelilingi tanaman, pemasangan suatu alat yang menghasilkan bunyi-bunyian bila tertiup angin dan diadakan pergiliran jaga.
1) Thrips
Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas. Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang biak. Pengendalian menyemprotkan larutan insektisida sampai tanaman basah dan merata.
2) Ulat perusak daun
Berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, tanda serangan daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang. Pengendalian: dilakukan secara non kimiawi dan secara kimiawi.
3) Tungau
Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan tanaman, membela diri dengan menggigit dan menyengat. Tandanya, tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat. Pengendalian: dilakukan secara non-kimiawi dan
dengan pestisida.
4) Ulat tanah
Berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian : (1) penanaman secara serempak pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian secara kimiawi, dengan obat-obatan sesuai dengan aturan penanaman buah semangka.
5) Kutu putih dan Lalat buah
Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercakbercak dan mempunyai belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat memar. Pengendalian : dilakukan secara non kimiawi (membersihkan
lingkungan terutama pada kulit buah, tanah bekas hama dibalikan dengan dibajak/dicangkul). Secara kimiawi : dengan obat-obatan.
7.2. Penyakit
1) Layu Fusarium
Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab). Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan subur, lambat laun akan. Pengendalian: (1) secara non kimiawi dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang
belum ditanami, atau menanam benih yang sudah direndam obat; (2) secara kimiawi dilakukan penyemprotan bahan fungisida secara periodik.
2) Bercak daun
Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang. Gejala : permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian: (1) secara non kimiawi seperti pada penyakit layu fusarium; (2) tanaman disemprot dengan fungisida yang terdiri dari Dithane M 45 dosis 1,8-2,4 gram/liter; Delsene MX 200 dengan dosis 2-4 gram/liter, Trimoltix 65 Wp dosis 2-3 gram/liter dan Daconil 75 Wp dosis 1-1,5 gram/liter.
3) Antraknosa
Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian: (1) dilakukan secara non kimia sepeti
pengendalian penyakit layu fusarium; (2) menggunakan fungisida Velimex 80 WP dosis 2-2,5 gram/liter air.
4) Busuk semai
Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian mati. Pengendalian: benih direndam di dalam obat Benlate 20 WP dosis 1-2 gram/liter air dan Difolathan 44 FF dosis 1-2 cc/liter air.
5) Busuk buah
Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang masak dan aktif setelah buah mulai dipetik. Pengendalian: hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.
6) Karat daun
Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun tanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian: sama seperti penyakit layu fusarium. Belum ditemukan obat yang tepat, sehingga
tanaman yang terlanjur terkena harus, supaya tidak menular pada tanaman sehat.
7.3. Gulma
Selain gangguan oleh hama dan penyakit, gangguan juga disebabkan kekurangan/kelebihan unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pohon semangka yang kekurangan dan kelebihan unsur hara tersebut, menderita akibat adanya gulma (tanaman pengganggu).

8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: setelah terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen). Masa panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe hibrida/jenis triploid, maupun jenis buah berbiji).
8.2. Cara Panen
Dalam pemetikan buah yang akan dipanen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga buah dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan beserta tangkainya.
8.3. Periode Panen
Panen dilakukan dalam beberapa periode. Apabila buah secara serempak dapat dipanen secara sekaligus, tetapi apabila tidak bisa bersamaan dapat dilakukan 2 kali. Pertama dipetik buah yang sudah tua, ke-dua semuanya sisanya dipetik semuanya sekaligus. Ke-tiga setelah daun-daun sudah mulai kering karena buah sudah tidak dapat berkembang lagi maka buah tersebut harus segera dipetik.
8.4. Prakiraan Produksi
Hasil produksi dari masing-masing pohon semangka perlu diadakan pembatasan hasil buahnya, sehingga dapat diperkirakan jumlah produksinya. Secara wajar, jumlah buah berkisar antara 2-3 buah setiap pohon (1 buah pada cabang pohon dan 2 buah pada batang utama dari pohon), dengan berat buahnya ± 6-8 kg per pohon.

9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan, harus diusahakan sebaik mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah, sehingga akan mempengaruhi mutu buah dan harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi adanya derajat kemasakan yang tepat, karena akan mempengaruhi mutu rasa, aroma dan penampakan daging buah, dengan kadar air yang sempurna.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Penggolongan ini biasanya tergantung pada pemantauan dan permintaan pasaran. Penyortiran dan penggolongan buah semangka dilakukan dalam beberapa klas antara lain:
1) Kelas A: berat = 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
2) Kelas B: berat ± 2-4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
3) Kelas C: berat <>
9.3. Penyimpanan
Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu harga lebih baik) dilakukan sebagai berikut:
1) Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, dan kelembaban udara antara 80-85%;
2) Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar O2 dan kadar CO2 dengan asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon dioksida (CO2), dapat mengurangi proses respirasi;
3) Penyimpanan dalam ruang tanpa pengatur suhu: merupakan penyimpanan jangka pendek dengan cara memberi alas dari jerami kering setebal 10-15 cm dengan disusun sebanyak 4-5 lapis dan setiap lapisnya diberi jerami kering.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Di dalam mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai pada tujuan akhir dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan yang secara benar dan hati-hati.
1).Menggunakan tempat buah yang standar untuk mempermudah pengangkutan.
2).Melindungi buah saat pengangkutan dari kerusakan mekanik dapat dihindari.
3).Dibubuhi label pada peti kemas terutama tentang mutu dan berat buah.
9.5. Penanganan Lain
Pemasaran merupakan salah satu faktor penting, maka perlu diperhatikan nilai harga dan jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen (petani) sampai konsumen. Semakin cepat dikonsumsi semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melalui sistem borongan dengan harga yang lebih rendah, atau melalui beberapa tahapan (seperti produsen, pengumpul, pengecer).

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya tanaman semangka dengan luas 1 hektar permusim tanam (4 bulan) di daerah Jawa Barat tahun 1999.
1) Biaya produksi
1. Lahan
- Sewa lahan 1 ha per musim tanam Rp. 800.000,-
- Pembuatan bedengan 50 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 350.000,-
- Pupuk kotoran ayam 9 ton @ Rp. 75.000,- Rp. 675.000,-
- Dolomit 500 kg @ Rp. 250 Rp. 125.000,-
- Mulsa plastik 100 kg @ Rp. 7.500,- Rp. 750.000,-
- Pupuk kandang dan dolomit 11 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 77.000,-
2. Persemaian
- Benih semangka biji 20 gr 2 pak @ Rp. 20.000,- Rp. 40.000,-
- Benih semangka tanpa biji 200 gram 10 pak Rp. 800.000,-
- Polybang semai 3 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 30.000,-
- Plastik transparan 20m @ Rp. 1.500,-,- Rp. 30.000,-
- Tenaga persemaian 12 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 60.000,-
3. Kebutuhan pupuk
- Urea 210 kg @ Rp.1.500,- Rp. 315.000,-
- ZA 520 kg @ Rp. 1.500,-,- Rp. 780.000,-
- TSP 140 kg @ Rp. 1.800,-,- Rp. 252.000,-
- KC1 455 kg @ Rp. 1.650,-,- Rp. 750.750,-
- Pupuk susulan NPK 60 kg @ Rp 2.400,- Rp. 144.000,-
4. Penanaman
- Penebaran pupuk dan mulsa plastik 40 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 280.000,-
- Furadan 10 kg @ Rp. 6.500,- Rp. 65.000,-
- Pindah tanam 23 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 161.500,-
5. Pemeliharaan
- Pengairan 14 HKP @ Rp. 7.000 Rp. 98.000,-
- Pengukuran ranting 9 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 63.000,-
- Pemupukan susulan dan penyemprotan 33 HKP @ Rp. 7.000 Rp. 231.000,-
- Penyerbukan 27 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 189.000,-
- Seleksi buah 8 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 56.000,-
- Pembalikan tanah 10 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 70.000,-
- Pemangkasan ranting 12 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 84.000,-
6. Tenaga kerja
- Tenaga jaga kebun 10 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 70.000,-
7. Pembuatan gubug 1 lokasi @ Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
8. Panen dan pascapanen 22 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 154.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 7.600.250,-
2) Pendapatan
1. Semangka tanpa biji (22.872 kg x Rp.525,-) Rp. 12.007.800,-
2. Semangka berbiji (2.977 kg x Rp. 475,-) Rp. 1.414.075,-
Jumlah pendapatan Rp. 13.421.875,-
3) Keuntungan per hektar (dalam 1 musim) Rp. 5.821.625,-
Keuntungan per bulan Rp. 1.455.406,25
4) Parameter kelayakan usaha
1. Rasio pendapatan dan biaya: B/C ratio = 1,76
Berdasarkan analisis kelayakan usaha tani diperoleh B/C ration = 1,76 berarti dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar 3.699.750 akan memperoleh pendapatan 1,76 kali lipat.
10.2.Gambaran Peluang Agrobisnis
Teknik budidaya semangka secara konvensional telah dipahami. Akan lebih sempurna bila diketahui pula nilai ekonominya. Hal ini penting untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha yang menyangkut biaya produksi dan pendapatan dalam setiap hektarnya. Selain petani dapat memperkirakan luas areal penanaman semangka yang dikehendaki, juga akan diusahakan sesuai modal yang dimiliki.
Untuk mendukung perhitungan analisis usaha tani semangka konvensional ada beberapa hal yang perlu dikemukakan antara lain:
a) Tanaman semangka dibudidayakan secara monokultur dengan jarak tanam 5.0 m x 0,8 m sehingga populasi tanaman setiap hektar mencapai 3.500 tanaman.
b) Varietas tanaman semangka yang dibudidayakan merupakan jenis unggul (F1 hibrid), yakni varietas mindful.
c) Di lokasi penanaman terdapat diesel air sebagai sumber air apabila diperlukan.
d) Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yakni tenaga kerja pria (HKP) dan tenaga kerja wanita (HKW), dengan ongkos tenaga kerja pria lebih tinggi dari pada tenaga kerja wanita, dengan jam kerja/hari : 8 jam.
e) Budidaya semangka dilakukan pada musim kemarau (Maret-September).
Analisis biaya dan pendapatan ini tidak bersifat tetap, tergantung pada besarnya sewa lahan, upah pekerja, fluktuasi harga saprodi,dan harga produksi buah yang didapatkan.

11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya petani semangka, Pemerintah menetapkan kebijaksanaan dalam memilih urutan jenis tanaman pertanian/hortikultura. Dalam ruang lingkup berikut telah disusun beberapa pedoman sebagai berikut :
a) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang bernilai ekonomi tinggi, untuk meningkatkan pendapatan petani semangka, baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri.
b) Mengutamakan jenis tanaman yang dapat memberi kesempatan tenaga kerja lebih banyak.
c) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang mempunyai prospek pasar dan pemasaran yang baik.
d) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang dapat mempertinggi nilai gizi masyarkat.
11.2.Diskripsi
Berdasarkan uraian diatas, tanaman semangka merupakan salah satu tanaman prioritas utama yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura. Buah semangka mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding tanaman hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani atau pengusaha pertanian tanaman semangka. Dan ini memungkinkan adanya perbaikan tata perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Untuk klasifikasi standar mutu dan syarat produk yang berlaku dipasaran maka kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Semangka yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan menempelkan stiker pada buah;
b) Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus dijaga;
c) Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan) produksi semangka harus dijaga;
d) Buah semangka yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas sedemikian rupa untuk memberikan kepuasan pelanggan.
11.4.Pengambilan Contoh
Dalam pengambilan contoh untuk penanganan produksi selanjutnya, umur semangka kurang lebih 56–65 HST, buah semangka yang berukuran besar mempunyai berat rata-rata 2,5 kg, ukuran sedang 1,0–2,5 kg, dan ukuran kecil berat buah sekitar 400 gram.
11.5.Pengemasan
Untuk pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu atau dapat juga menggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutan benang akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak kayu.

12. DAFTAR PUSTAKA
1) BUDI SAMADI (1996). Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta, Kanisius. 76 halaman.
2) WIHARDJO, Suwandi. (1993). Bertanam Semangka. Yogyakarta, Kanisius, 107 halaman.
3) WINARTI, M.G. (1992). Pengaruh Pupuk dan OST Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schrd)
4) Matarani, Jawaller. (1997). Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Kompos Terhadap Pertumbuhan dan Produjsi Semangka. Media Unika.

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

No comments:

Post a Comment