Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida
dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar,
kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh
formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida
yang sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di
belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution),
WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution).
Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan
besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90
persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida
cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut
serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi
karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan
membentuk emulsi.
2. Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai
insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk
melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya
terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan
kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25
persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran
lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi
butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG
(water dispersible granule).
3. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan
aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75
persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang
nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water
soluble powder).
4. Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO
(solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak
seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti
penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer.
Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.
5. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif
dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida
formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya
berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini
diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
6. Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau,
asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang
penyimpanan.
No comments:
Post a Comment